Him

Setiap harinya, lelaki ini selalu berhasil menangkap perhatianku. Semua yang dia lakukan selalu terlihat indah di mataku. Saat dia menyanyi, saat dia menari, saat dia tertawa, semua yang ia lakukan selalu terlihat menarik. Parasnya menawan, rahangnya yang kokoh, bahunya yang bidang, semua terlihat menawan. Ada satu hal yang membuat aku takut padanya. Saat dia terlihat marah akan suatu hal yang ia tidak sukai. Wajahnya yang polos dan lucu terlihat sangat menyeramkan ketika ia terpancing emosinya. Ya, dia memang tidak menyukai hal-hal yang membuatnya risih.
Suatu hari, aku melihatnya sedang membaca buku dibawah pohon. Bagian dari dirinya inilah yang kusuka. Saat dia membaca buku dengan muka yang serius dan mengerutkan dahi ketika bingung. Senyumnya selalu melebar jika melihat kehadiranku. Pelukannya yang menghangatkan. Ia berhasil merebut hatiku.
"Apa kau sakit?," ia selalu bertanya demikian jika melihat ada yang berbeda dari raut wajahku.
"Tidak.. kenapa kau bertanya seperti itu?," aku balik bertanya sambil mengerutkan dahiku.
"Hanya saja kamu terlihat bengong saat aku memanggilmu. Ooh.. apakah karena aku tampan?," ia melipat tangannya di dada sambil berpikir. Tentu saja iya, dia terlihat sangat amat tampan. Tapi aku tidak akan mengatakan hal ini padanya. Bisa-bisa ia begitu sombong akan ketampanan dirinya.
"Tentu saja tidak. Kenapa kau selalu saja mempunyai percaya diri yang tinggi. Aneh." Dia terkikik geli akan jawabanku.
"Heey.. aku tau dan aku sangat mengenal sifatmu yang seperti ini. Akui saja kalau sahabatmu yang satu ini memang sangat amat terlihat tampan." Sambil mengusap-usap kepalaku.
"Okaay terserah dirimu." Aku mengalah. Dia memang seperti itu terhadapku. Menghilangkan sikap cool dan jaga imagenya. Dia begitu terlihat apa adanya. Dan juga.... He's the reason why i'd smiled everyday.
"Kan bengong lagi. Ayo ke rumahku. Mama senang pasti melihat kehadiranmu." Seraya menarik tanganku.
"Iya tuan. Menyebalkan sekali" dia tertawa mendengar gumamanku. Sepertinya aku bergumam sangat kencang sampai ia mendengarnya. Sudahlah aku tidak peduli. Bagus bukan jika ia mendengarnya.

Hari ini adalah hari yang sudah dinanti-nanti. Pengumuman tentang kelulusan kami akan keluar. Aku memakai kebaya pink dengan bordiran anggun berwarna emas disekitar leher, memakai kain batik senada sebagai bawahan, dan tidak lupa heels silver dengan hak yang tidak terlalu tinggi.
"Hey apakah kau gugup?" Dia datang mengenakan kemeja berwarna putih dilapisi jas hitam senada dengan sepatu dan celananya.
"Tidak begitu. Bagaimana denganmu?" Aku balik bertanya. Sangat menawan. This face. God Help Me.
"Tentu saja tidak. Sejak kapan seorang lelaki seperti ku mengalami gugup." Ia terkikik melihat diriku yang gugup.
"Ketawa saja tidak usah ditahan-tahan. Kau memang sahabat yang amat sangat baik." Dengan nada sarkas aku membalasnya.
"Hahaha.. begitu saja kau marah." Sambil mencubit kedua pipiku. Aku akan menyimpan rapat-rapat momen-momen indah seperti ini di dalam benakku.
"Heey jangan melamun lagi. Yaampun akhir-akhir ini kau sering saja melamun. Apa yang kau pikirkan?" Tidak jangan beri tatapan seperti itu. Belum saatnya kau tau.
"Tidak apa-apa. Sebaiknya kita cepat ke aula. Pengumuman akan segera diberitakan." Aku menarik tangannya menuju aula.
"Okey. Tidak apa kau mengabaikan pertanyaanku. Tapi setelah ini. Jangan harap kau bisa kabur." Dia mengikutiku jalan menuju aula.

"Murid Kelas 12 angkatan 2015, lulus 100%," ucap kepala sekolahku dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"tuh lihat buat apa kau gugup daritadi kalau memang kita ternyata lulus 100%. konyol sekali" dengan tampang sombongnya.
"hmm? mana aku tau hey. Menyebalkan sekali dirimu yah," aku menjitak kepalanya.
"aaw sakit. Kau kasar sekali sebagai perempuan. Untung kau sahabatku." ya hanya sahabat. "Sekarang kan sudah selesai nih. Beri tahu aku, mengapa kau sering melamun. Apakah kau tidak menganggapku sebagai sahabat lagi? adakah yang kau tutupi?" dia bertanya dengan manik mata yang menenangkan.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya memikirkan ingin melanjutkan kemana setelah sma." Aku tidak membalas tatapan matanya. Aku tahu yang akan terjadi setelah ini apa. Dia pasti akan menganggap bahwa semua baik-baik saja.
"Okey kalau begitu. Tidak usah bingung. Lagipula kau pintar. Pasti kau keterima di perguruan tinggi yang kau inginkan." apa aku bilang. Dia tidak sepeka itu.
"Iya iya kau terlihat seperti papaku saja. Apa kau ingin menginap disini?,"aku memperhatikannya yang sedang menggulung lengan kemeja putihnya dengan berantakan.
"Tidak. Kenapa kau bertanya seperti itu?" dia menatapku sebentar lalu melanjutkan menggulung kemejanya. Gemas melihatnya yang kesusahan, aku berinisiatif membantu menggulungkan lengan kemejanya.
"Kau ini bodoh atau apa. Ayo kita pulang." sambil memukul lengannya.
"Dasar wanita. Bilang dong daritadi. Aku kan tidak tau. Ayook!" Dia menarik tanganku menuju mobilnya. Dasar manusia super gapeka.

Hari yang ditunggu telah tiba. Ini saatnya aku pergi meninggalkan tanah air tercinta untuk menimba ilmu di negara orang. Aku tidak memberi tahunya. Aku tidak sanggup jika harus melihat mukanya. Dia tidak menahanku untuk pergi. Hanya saja.. [brak pintu terbukka]
"Jadi ini yang dinamakan sahabat?," dia masuk saat aku sedang bersiap menarik koper untuk dimasukkan kedalam mobil.
"k-kamu bagaimana bisa ada disini?," aku terkaget dengan kehadirannya. bagaimana bisa dia ada disini.
"Bagaimana? kamu bertanya bagaimana? Aku khawatir dengan keadaanmu. Kau tidak membalas chatku selama 2 hari. Aku telepon selalu sibuk. Dan sekarang.. Apa yang sedang terjadi disini? kau ingin pergi kemana?" dengan nada membentak lalu melembut di kalimat terakhir. Ia memegang kedua lenganku. Aku melepaskan pegangannya.
"Maaf.. Tapi ini bukan urusanmu," aku menarik koperku dan berjalan keluar melewatinya.
"Jawab aku," nada dinginnya menusuk setiap pikiranku.
"a-aku.. ingin keluar negeri. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi disana.," aku menjawabnya dengan menundukkan kepala. Aku tidak suka dengan situasi seperti ini.
"Kenapa kau tidak memberi tahu ku? Aku ini apa di hidupmu?" dia menarik lenganku agar lebih dekat dengannya. Kamu lebih dari sahabat bagiku kalau kau ingin tahu, gumamku. "Kamu tau, selama ini aku menganggapmu lebih dari sahabat. Lebih dari teman. Lebih dari hubungan saudara, princess." dia mengelus pipiku dengan lembut. Bagaimana ini. Jantungku berdetak lebih kencang. Apakah ini serius. Apakah dia bercanda. Jika bercanda sungguh ini tidak lucu.
"a-a-pakah ini bercanda?" aku menatapnya. Dia tersenyum. Aku tidak melihat tanda bercanda darinya.
"Aku serius. Aku tau selama ini kau menganggapku tidak peka. Aku tau semua tentangmu. Selak aku jika aku salah. Aku tau apa kebiasaanmu yang tidak bisa tidur dengan baik. Aku tau kau sangat amat takut dengan serangga. Aku tau bagaimana mukamu saat sesuatu sedang mengusik pikiranmu. Pola makanmu yang tidak teratur. Jika makan membutuhkan porsi yang banyak. Cepat lapar, Mood swinger yang cepat berubah-ubah." saat aku ingin berbicara, dia berbicara lagi. "Kamu tau, kenapa aku hanya menunjukkan sikap asli ku hanya padamu? Aku nyaman mempunyai sahabat sepertimu awalnya. Tapi perasaan itu mulai berkembang makin lama. Aku berpikir selama ini kamu tidak menganggap ku seperti apa yang aku pikirkan. Mengenalmu semakin jauh. Aku memahaminya. Aku tau kau juga merasakan hal yang sama. Sekarang kau pergi. Aku tidak akan menahanmu. Tapi jaga hatimu dan aku akan menjaga hatiku disini. Aku akan menunggumu." dia memelukku. Apakah ini jawaban dari setiap doa yang aku panjatkan? Penantianku selama 4 Tahun tidak sia-sia.
"Aku menyayangimu princess" dia mengecup keningku.
"Me too," aku membalas pelukannya dengan erat. Dia melepaskan pelukannya. Merapikan rambutku. Mengusap palaku. "Baik-baik ya disana. Jangan lirik-lirik. Aku akan nyusul kamu kesana. Jaga diri. Aku gabisa jagain dengan dekat," Aku tidak tau akan terjadi hal-hal seperti ini akan terjadi. Apalagi orang yang aku sukai menyukaiku balik. Bahkan menyayangi balik. "Iya aku akan menjaga hatiku hanya untukmu." Tidak ada hari lebih indah dari hari ini.

FIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS KASUS BOCAH DALAM KARDUS

REVIEW JURNAL "Leadership and Creativity: The Impact of Transformational Leadership on Individual Creativity"

KIMIA DAN FISIKA